EVALUASI AREA TERDAMPAK GEMPA BERDASARKAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 (STUDI KASUS: GEMPA TAPANULI UTARA 1 OKTOBER 2022)
Gempabumi Tapanuli Utara, 1 Oktober 2022 mengakibatkan sekitar 900 rumah mengalami kerusakan sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat. Untuk melakukan pemulihan pada daerah terdampak gempa, perlu dilakukan evaluasi area terdampak. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui tingkat kerusakan yang diakibatkan gempabumi, sehingga dapat memprioritaskan pemulihan pada daerah yang terdampak gempa. Tingkat kerusakan tersebut dapat diukur dengan skala intensitas gempa menggunakan skala MMI yang direpresentasikan dengan peta guncangan. Pengindraan jauh dapat menampilkan bagian dipermukaan bumi secara visual dengan menggunakan citra satelit. Identifikasi dengan pengindraan jauh dilakukan dengan melihat perubahan kerapatan vegetasi, perubahan kerapatan lahan terbangun, dan perubahan kandungan air. Ketiga persamaan tersebut dikombinasikan sehingga menghasilkan persamaan baru yaitu BAEM yang digunakan untuk mengidentifikasi area terbangun. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui relevansi antara peta guncangan yang dipublikasikan dengan identifikasi perubahan area terbangun yang diperoleh dari pengindraan jauh. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa BAEM dapat mengambarkan kondisi area terbangun dengan akurat sehinga dapat digunakan sebagai tahapan awal untuk peninjauan area terdampak gempa. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengurangan luas area terbangun sebesar 25.741 hektar, dimana luas area terbangun sebelum terjadi gempa sebesar 42.360 hektar dan luas area terbangun setelah terjadi gempa sebesar 16.619 hektar, yang didukung oleh shakemap dengan skala MMI VI, dimana gempa mengakibatkan kerusakan ringan pada bangunan.
Kata Kunci : Gempabumi, Pengindraan jauh, Tutupan lahan, Area terbangun, Peta guncangan
URI
https://repository.itera.ac.id/depan/submission/SB2407310061
Keyword
Gempabumi, Pengindraan jauh, Tutupan lahan, Area t