(0721) 8030188    [email protected]   

ANALISIS DEFORMASI DI SELAT SUNDA BERDASARKAN DATA GNSS TAHUN 2018-2024


Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik sehingga rawan terhadap aktivitas seismik. Salah satunya adalah Selat Sunda, tempat bertemunya Lempeng Indo-Australia dan Sundaland. Zona subduksi di wilayah ini memiliki celah seismik yang berpotensi memicu gempa megathrust. Selain itu, aktivitas vulkanik seperti Gunung Anak Krakatau juga menambah kerentanan wilayah. Oleh karena itu, penelitian ini memantau deformasi menggunakan data GNSS kontinu dari stasiun InaCORS dan SuGAr yang diolah dengan perangkat lunak ilmiah GAMIT versi 10.71. Koordinat yang dihasilkan per-hari dihitung untuk mendapatkan kecepatan pergeseran yang menunjukkan seberapa cepat permukaan bumi bergerak setiap tahunnya yang bersifat kecepatan pergeseran global dan perlu di reduksi dengan pergerakan Lempeng Sundaland yang diperoleh nilai kecepatan pergeseran sebesar -9.26 mm/tahun hingga 4.59 mm/tahun pada komponen timur-barat, pada komponen utara-selatan berkisar antara -7.84 mm/tahun hingga 10.71 mm/tahun. Pergerakan ini menyebabkan regangan, yaitu perubahan bentuk pada kerak bumi. Jika dua lempeng saling menjauh (ekstensi) dan jika saling mendekat (kompresi). Nilai regangan yang diperoleh untuk ekstensi sebesar 0.1081 mikrostrain/tahun hingga 0.6804 mikrostrain/tahun dan untuk nilai kompresi sebesar -0.0267 mikrostrain/tahun hingga -0.6141 mikrostrain/tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa wilayah Selat Sunda mengalami deformasi aktif yang perlu terus dipantau sebagai bagian dari upaya mendukung mitigasi bencana.

URI
https://repository.itera.ac.id/depan/submission/SB2508120032

Keyword
Deformasi GNSS Kecepatan Pergeseran Regangan